Rabu, 07 Mei 2014


Peneliti dari University Pittsburgh, Amerika Serikat telah menunjukkan kemarahan, kecemasan dan depresi tak hanya mempengaruhi fungsi jantung, tapi juga meningkatkan resiko penyakit jantung.

Melansir Science Daily Selasa 6 Mei 2014, disebutkan jika stroke dan serangan jantung merupakan hasil akhir kerusakan progresif pada pembuluh darah yang menyuplai jantung dan otak.Gangguan pada pembuluh itu disebut aterosklerosis.
Salah satu penyambung gangguan itu yakni karena adanya emosi negatif yang secara tak sadar berpengaruh dalam tubuh.
Aterosklerosis berlangsung saat terdapat kimia tingkat tinggi dalam tubuh, yang di sebut sitokin pro inflamasi. Sitokin itu adalah mediator berupa molekul peptida yang mempengaruhi respon imun tubuh maupun peradangan.
Nah, sitokin itulah yang di perkirakan mempertahankan stres dan meningkatkan resiko aterosklerosis dan penyakit jantung dengan membangkitkan emosi negatif.
Selanjutnya energi negatif itu meningkatkan tingkat sitokin pro inflamasi dalam tubuh. Hal itulah yang dipandang berkontribusi membuka resiko kesehatan tubuh. Peneliti kemudian mendalami untaian saraf yang mendasari hal itu.

Dr.Peter Gianaros, guru besar tamu University of Pittsburgh mengatakan dalam pengamatan banyak area otak yang sama terlibat dalam emosi, penginderaan dan pengaturan tingkat peradangan dalam tubuh.
"Jadi kami berhipotesa aktivitas otak yang terkait dengan emosi negatif bakal berhubungan tanda fisik dari penyakit jantung," jelas Gianaros yang merupakan penulis utama studi itu.

Dalam percobaan, tim Gianaros meminta 157 relawan dewasa mengatur reaksi emosional dalam gambar yang tak menyenangkan, bersamaan dengan itu peneliti mengukur aktivitas otak dengan pencitraan fungsional.
Peneliti juga memindai arteri relawan untuk melihat tanda aterosklerosis. Skema ini untuk menilai resiko penyakit jantung dan mengukur tingkat peradangan dalam aliran darah, faktor resiko fisiologis aterosklerosis dan kematian dini akibat penyakit jantung.

Dari pengukuran itu, peneliti menemukan individu dengan aktivitas otak yang lebih besar saat mengatur emosi negatif, terdapat peningkatan kadar darah intraleukin-6. Kadar darah ini merupakan salah satu sitokin pro inflamasi dalam tubuh. Selain itu, peneliti juga menemukan adanya peningkatan ketebalan diding arteri arteri karotis.

Arteri karotis merupakan pembuluh darah yang memberikan suplai ke daerah leher dan kepala, termasuk otak. Jika dinding pembuluh darah ini mengalami penebalan, bisa menjadi permulaan dari berbagai penyakit pembuluh darah lainnya.

Temuan baru ini selaras dengan kepercayaan umum bahwa emosi berhubungan dengan kesehatan jantung. Temuan ini bermanfaat untuk pencegahan guna meningkatkan kesehatan dan melindungi jantung.

Sumber : viva.co.id



0 komentar :

Posting Komentar

Flag Counter